Pages

Asal-Usul Begu Ganjang

| Minggu, 01 Juli 2012 | 1 komentar |
Belakangan ini berkembang isu begu ganjang di Sumatera Utara, dan orang yang disangka memiliki begu ganjang diusir dari desa, malahan ada yang sampai dibunuh dan rumahnya dibakar. Fenomena tersebut membuat orang bertanya apakah begu ganjang, darimanakah asal-usul dan makna kata tersebut. Selain itu gejala ini menjadi tantangan serius bagi kehadiran kekristenan dalam karya pastoralnya di tengah-tengah jemaat.


Paparan ini bukan bermaksud menjawab segala persoalan yang muncul sehubungan dengan begu ganjang, tapi hanya sebatas memberikan sedikit pemahaman terminologis dan sikap pastoral apa yang bisa dilakukan berhadapan dengan isu begu ganjang.


Secara sederhana dan harafiah begu sebetulnya berarti roh, sedangkan ganjang artinya panjang. Untuk memahaminya, begu ganjang mesti dilihat dalam konteks yang lebih luas dari ˜teologi dan ˜agama tradisional suku Batak Toba sendiri, secara khusus paham ‘pneumatologi’ Batak Toba (pneuma = roh, spirit). Dari sudut pandang ilmu agama-agama dapat dikatakan bahwa dalam diri orang Batak Toba kuno telah terdapat konsep tentang keagamaan, yang walaupun orang Batak Toba kuno sendiri belum menyadarinya sebagai manifestasi keagamaan.


Batak Toba kuno telah berhasil mengembangkan suatu bentuk keagamaan primitif dengan menampilkan tokoh keallahan, diantaranya Mulajadi Nabolon sebagai Allah yang menciptakan segala sesuatu termasuk manusia, Debata Natolu yang terdiri dari Bataraguru, Soripada, dan Mangalabulan, dan terakhir adalah Debata Asiasi sebagai lambang kesatuan serta totalitas.
Zat kehidupan


Selanjutnya, masyarakat Batak Toba kuno percaya, disamping para Debata masih ada kekuatan lain yang erat hubungannya dengan kehidupan manusia. Malah baik buruknya hidup manusia tergantung pada respon yang diberikan pada kekuatan dan tenaga ini. Mereka itulah yang disebut dengan tondi dan begu.


Tondi (roh, nyawa) berada dalam tubuh manusia dan merupakan satu kesatuan. Manusia menjadi makhluk yang hidup karena memiliki tondi. Tondi memiliki zat kehidupan yang berlangsung selama-lamanya dan tidak dapat dirusak oleh apapun. Orang Batak Toba kuno mengenal dua jenis tondi, yaitu: tondi yang terdapat dalam tubuh manusia dan berhubungan dengannya pada masa kehidupan manusia saja. Kedua, tondi yang merupakan bayangan yang melanjutkan aktivitas manusia. Artinya, manusia secara biologis mungkin telah mati, tapi aktivitasnya masih dilanjutkan oleh tondi-nya.


Kehadiran tondi dalam tubuh manusia merupakan faktor penentu bagi kesehatan manusia. Timbulnya sesuatu penyakit, kegelisahan, atau kemalangan diyakini sebagai akibat dari lemahnya tondi, atau kepergian tondi dari tubuh manusia. Bila kepergian tondi berlangsung lama dan tidak datang lagi ke dalam tubuh dikhawatirkan bisa menyebabkan kematian bagi manusia. Konon ada empat penyebab tondi meninggalkan tubuh manusia yaitu saat tidur, terkejut, mimpi dan kematian (R. Pasaribu, 1988:130-131).
Rasa takut


Apabila orang meninggal dunia, maka tondi berobah menjadi begu (Ph.L.Tobing, 1956:101). Jadi roh-roh yang menjadi begu inilah yang menimbulkan rasa takut bagi manusia yang masih hidup. Adanya rasa takut menjadi faktor utama aktivitas orang Batak Toba kuno untuk mengkultuskannya. Ini pula menjadi dasar ritus (kebaktian), yaitu upaya menghormati dan memuja begu sesuai keyakinannya (R.Pasaribu, 1988:125).


Pada umumnya begu dibagi dua golongan, yaitu (1) begu dari orang yang sudah meninggal, dan (2) begu lain yang berkeliaran di alam semesta yang secara umum dalam bahasa sehari-hari biasa disebut hantu (Parkin, 1978:148). Menurut sifatnya ada begu yang jahat dan begu yang baik (Marbun-Harahap, 1987:30). Sebenarnya orang Batak Toba kuno tidak menyebut begu kepada arwah orang yang dihormatinya. Arwah orang yang dicintai dan dihormati biasa disebut dengan sumangot (roh yang dipuja) dan sombaon (roh yang disembah).


Sehubungan dengan itulah ada ritus pemujaan nenek moyang berupa penggalian tulang belulang dari kuburan sementara (mangongkal holi) dan pemakaman kembali yang dilakukan bagi leluhur yang dianggap memiliki pengaruh istimewa. Melalui penghormatan, misalnya, dalam upacara adat diharap, bahwa roh nenek moyang akan diangkat menjadi sumangot. Bila dilakukan penghormatan lebih besar lagi bagi sumangot dan keturunannya menjadi kelompok besar, maka sumangot menjadi sombaon. Sombaon dipandang sebagai roh yang berkuasa dan harus dihormati, malah dipercaya dekat dengan para Debata yang menguasai kehidupan manusia.


Ada bermacam ragam sebutan untuk arwah orang mati yang dinamai begu, antara lain adalah begu laos bagi arwah orang yang semasa hidupnya merupakan pengemis, begu gunung untuk arwah orang yang sewaktu hidup bekerja sebagai pandai besi, konon arwahnya ditempatkan oleh Mulajadi Nabolon di puncak gunung. Begu jau adalah arwah orang yang tidak dikenal, begu nurnur bagi arwah orang yang mati tapi tempatnya belum sempat diukur sewaktu dimakamkan, begu siharhar untuk orang yang mati dengan tidak meninggalkan keturunan. Sementara begu antuk (roh pemukul) dan begu ganjang adalah sebutan bagi begu yang dapat memukul orang dengan tiba-tiba hingga menemui ajalnya. Kedua jenis begu ini dianggap banyak menyebarkan penyakit menular seperti kolera, sampar dan sebagainya.


Dengan ulasan singkat mengenai paham orang Batak Toba kuno tentang begu dalam koteks ‘pneumatologi’ Batak Toba tradisional. Sehubungan dengan begu ganjang yang diyakini sebagai personifikasi bagi segala jenis roh-roh yang mampu membuat orang meninggal secara mendadak, segera muncul pertanyaan berikut: Adakah gejala dan isu begu ganjang yang sempat hangat di Sumatera Utara sebetulnya hanya merupakan gejala menularnya berbagai jenis penyakit membahayakan yang tentu saja dapat merenggut nyawa manusia dalam waktu singkat? Kalau memang itu, cara mengatasinya adalah menggalakkan pengobatan secara medis, bukan dengan menuduh dan membinasakan orang yang diduga memiliki dan memelihara begu ganjang.
Pendampingan pastoral?


Oleh karena itu, dalam menghadapi masyarakat atau umat yang menyebarluaskan isu begu ganjang sebetulnya dibutuhkan pendekatan pastoral yang bijaksana.


Terlepas dari persoalan apakah memang begu ganjang ada atau tidak, menarik untuk mengamati mengapa masyarakat menghembuskan isu begu ganjang tersebut. Berbagai faktor, misalnya, kecemburuan sosial, persoalan ekonomi, dan persaingan politis bisa mendasari orang memunculkan isu begu ganjang. Kegersangan dan kehampaan iman kristiani serta kebuntuan dalam menghadapi segala jenis persoalan kehidupan sehari-hari juga dapat merangsang orang untuk cepat melemparkan tanggungjawab dan kesalahan kepada pihak lain. Dengan meminjam terminologi begu ganjang orang merasa lebih gampang menghakimi pihak lawan atau orang lain yang tidak disenangi sebagai pihak yang bersalah, sumber permasalahan, dan penderitaan, maka harus segera dibinasakan.


Berhadapan dengan gejala ini beberapa kebijakan pastoral yang barangkali bisa dilakukan adalah: Pertama, memberikan penjelasan yang benar secara antropologis, historis dan sosiologis kepada jemaat seputar begu ganjang, sehingga orang mengerti latar belakang kemunculan kata begu ganjang pada masyarakat. Kedua, menggalakkan diskusi dan seminar secara teratur mengenai isu yang hangat di masyarakat, sehingga umat merasa terlibat dan turut memikirkan pemecahan atas persoalan yang muncul di antara mereka. Ketiga, mengadakan pendekatan dan pendampingan pastoral kepada kedua belah pihak baik korban atau pihak yang dituduh memelihara begu ganjang, maupun kelompok masyarakat yang yang sudah dan/atau potensial bertindak anarkis. 
Sumber: pakkat1974.wordpress.com

Misteri Asal-Usul Kuntilanak

| Rabu, 27 Juni 2012 | 1 komentar |


Misteri asal-usul Kuntilanak. 


Misteri asal-usul Kuntilanak, (bahasa Melayu: puntianak, pontianak) adalah hantu yang dipercaya berasal dari perempuan hamil yang meninggal dunia atau wanita yang meninggal karena melahirkan dan anak tersebut belum sempat lahir. Nama "kuntilanak" atau "pontianak" kemungkinan besar berasal dari gabungan kata "bunting" (hamil) dan "anak". Mitos ini mirip dengan mitos hantu langsuir yang dikenal di Asia Tenggara, terutama di nusantara Indonesia. Mitos hantu kuntilanak sejak dahulu juga telah menjadi mitos yang umum di Malaysia setelah dibawa oleh imigran-imigran dari nusantara.


Kota Pontianak mendapat namanya karena konon Abdurrahman Alkadrie, pendiri Kesultanan Pontianak, diganggu hantu ini ketika akan menentukan tempat pendirian istana. Dalam cerita rakyat Melayu, sosok kuntilanak digambarkan dalam bentuk wanita cantik. Kuntilanak digambarkan senang meneror penduduk kampung untuk menuntut balas. Kuntilanak sewaktu muncul selalu diiringi harum bunga kemboja. Konon laki-laki yang tidak berhati-hati bisa dibunuh sesudah kuntilanak berubah wujud menjadi penghisap darah. Kuntilanak dikatakan sering menjelma sebagai wanita cantik yang berjalan seorang diri dijalan yang sunyi. Oleh karena itu, cerita ini kemungkinan bertujuan menghindari golongan wanita daripada diganggu oleh pemuda-pemuda yang takut akan Kuntilanak ketika berjalan seorang diri di jalan yang sunyi.


Dalam cerita seram dan film horor di televisi Malaysia, kuntilanak digambarkan membunuh mangsa dengan cara menghisap darah di bagian tengkuk, seperti vampir.


Agak berbeda dengan gambaran menurut tradisi Melayu, kuntilanak menurut tradisi Sunda tidak memiliki lubang di punggung dan hanya mengganggu dengan penampakan saja. Jenis yang memiliki lubang di punggung sebagaimana deskripsi di atas disebut sundel bolong. Kuntilanak konon juga menyukai pohon tertentu sebagai tempat "bersemayam", misalnya waru yang tumbuh condong ke samping (populer disebut "waru doyong").
Kepercayaan penangkalan :


Berdasarkan kepercayaan dan tradisi masyarakat Jawa, kuntilanak tidak akan mengganggu wanita hamil bila wanita tersebut selalu membawa paku, pisau, dan gunting bila bepergian ke mana saja. Hal ini menyebabkan seringnya ditemui kebiasaan meletakkan gunting, jarum dan pisau di dekat tempat tidur bayi.


Menurut kepercayaan masyarakat Melayu, benda tajam seperti paku bisa menangkal serangan kuntilanak. Ketika kuntilanak menyerang, paku ditancapkan di lubang yang ada di belakang leher kuntilanak. Sementara dalam kepercayaan masyarakat Indonesia lainnya, lokasi untuk menancapkan paku bisa bergeser ke bagian atas ubun-ubun kuntilanak.


Kepercayaan akan adanya kuntilanak atau sundel bolong sangat sering dijadikan sebagai bahan urban legend serta sinema. Berikut adalah beberapa film yang dibuat dengan inspirasi dari kuntilanak:


* Film Indonesia
- Terawangan Casablanca (Kuntilanak Merah) (2007) (Indika Entertainment)
- Kuntilanak (2006) karya Rizal Mantovani
- Kuntilanak (1974); dibintangi dan disutradarai oleh Ratno Timoer)
- Kuntilanak (1962), dibintangi oleh Ateng
- Sundel Bolong, dibintangi oleh Suzanna
- Kuntilanak Kamar Mayat (2009)
- Kuntilanak Beranak (2009)
- Paku Kuntilanak (2009)


* Film Malaysia
- Pontianak Gua Musang
- Anak Pontianak (1958)
- Pontianak Kembali (1963)
- Pontianak Harum Sundal Malam (2004)
- Pontianak Harum Sundal Malam 2 (2005)
- Pontianak Menjerit (2005)
Sumber: http://www.indospiritual.com

Misteri Asal-Usul Batara Karang

| Selasa, 26 Juni 2012 | 4 komentar |
  Misteri Asal-Usul Batara Karang, "..Konon pusaka Batara Karang ini jelmaannya seorang tokoh sakti dari golonag ilmu hitam pada jamannya yang hidup ratusan tahun silam. Anehnya menurut surat kabar, pusaka ini kesukaannya minum darah manusia, benarkah?.."
Misteri Asal-Usul Batara Karang 

BATARA KARANG konon menurut keterangan yang penulis peroleh dari bapak haji Erisman Priyadi (37 tahun) seorang jawara yang bertempat tinggal di Lapangan Coklat, 08/07 no.16 Kelurahan Jombang Wetan, Kecamatan Cilegon, Kodya Cilegon, Banten yang penulis hubungi lewat SMS sebenarnya adalah nama suatu aji kesaktian tingkat tinggi.

Dimana kegunaannya ajian ini, pemiliknya dari mulai ujung rambut sampai ujung kaki tidak bisa ditembus

Misteri Batu Merah Delima

| Senin, 25 Juni 2012 | 2 komentar |
Misteri Batu Merah Delima
Misteri Batu Merah Delima. Bagi Anda yang mendalami dunia supranatural tentunya tidak asing lagi dengan batu Mustika Merah Delima yang namanya sudah sangat melegenda khususnya dikalangan pemburu benda-benda gaib ini. Menurut penuturan Zaenuddin (33Tahun) warga Desa Kedungwungu, Blok Wanguk Lor Timur, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu yang di  dapat dari keterangan Mbah Sutar seorang pria yang mampu mendeteksi alam gaib yang bermukim di Perum Pasar Kemis, Blok N 1 - 18 Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang menyebutkan bahwa salah satu ciri khas batu Mustika Merah

Penyebab Pengamal Ilmu Ghoib Menjadi Stress

| Minggu, 24 Juni 2012 | 1 komentar |
Penyebab Pengamal Ilmu Ghoib Menjadi Stress 
Penyebab Pengamal Ilmu Ghoib Menjadi Stress. Semakin maraknya tindak kejahatan akhir-akhir ini menyebabkan banyak orang khususnya penggemar ilmu-ilmu kadigjayaan, kesaktian atau kanuragan memburu ilmu-ilmu gaib melalui paranormal maupun lewat buku-buku yang banyak dijual bebas dipasaran.
Faktor yang terakhir inilah yang kebanyakan tidak disadari efek negatifnya yakni bisa menyebabkan stress dan lebih fatal lagi bisa menyebabkan

Misteri Gunung Kawi

| Sabtu, 23 Juni 2012 | 3 komentar |
Misteri Gunung Kawi

Misteri Gunung  Kawi.Adalah sebuah gunung berapi di Jawa Timur, Indonesia, dekat dengan Gunung Butak. Tidak ada catatan sejarah mengenai letusan gunung berapi ini. Gunung Kawi, terletak di sebelah barat kota Malang merupakan obyek wisata yang perlu untuk dikunjungi bila kita berada di Jawa Timur karena keunikannya, obyek wisata ini lebih tepat dijuluki sebagai "kota di pegunungan". Di sini kita tidak akan menemukan suasana gunung yang sepi, tapi justru kita akan disuguhi sebuah pemandangan mirip di negeri tiongkok zaman dulu.

Di sepanjang jalan kita akan menemui bangunan bangunan dengan

Kumpulan Alamat Wartawan/Penulis Majalah Misteri

| Jumat, 22 Juni 2012 | 2 komentar |
Kumpulan Alamat Wartawan/Penulis Majalah Misteri.

1.  Idris Nawawi.
     Desa Setu Kulon, Blog Siampel, Rt. 12/01,        Plered,   Weru, Cirebon, Jawa Barat. 45154.
Hp. 0813.2427.4460.

2.  Prayoga Gemilang.
     Hp. 0817.676.1836 - 0856.8888.585.

3.  Sanyoto
     Jl.Juana Rembang KM 7,5.  Desa Purworejo, Rt 01/01,Kec Kali Ori, Rembang, Jateng.59252
Hp. 0815.6567.040 - 0888.241.5992.

4.  Bahroni Bin Mastar.
     Desa Kedungwungu, Blog Wanguk Lor Timur, No 12, Rt 24/10, Kec. Anjatan, Kab. Indramayu, Jawa Barat. 45256. Hp.0813.2100.4900 - 0852.2266.4400.

5.  Goenawan WE/ Mas Biyan.
     Gadingan 10, Rt 01/05, Bekonang, Surakarta, Jawa Tengah. 57554, Telp. (0271) 610925.

6.  Mawan Suganda.
     KPR BTN Munjul Indah, blok A, No. 42, Majalengka, Jawa Barat. 465418, Hp. 0818.0202.5334.

7.  Muhi Juhana.
     Jl. Pahlawan, Gg. Atma, No. 394, Majalengka, Jawa Barat, 45418.

8.  Herry Santoso.
     Jl. Abadi, No. 35, Nglegok, Blitar Jawa Timur, 66181.

9.  Hesti Indra P.
     Gadingan 10, RT 01/05, Bekong, Surakarta, 57554.

10. Robby Ferdian.
      Villa Bekasi Indah 13 - 9/2, Jl. Wijaya 3, Tambun, Bekasi. 17510

11. Itong R. Hariadi.
      Jl. HKhairil Anwar, No. 31, Rt 001/03, Sinar Gunung 2, Durian Payung, Bandar Lampung, 35116.

12. Saibi t. Gayau.
      Hp. 0815.982.7506.

13. U. Supriadi AG.
      Ilham Fajar Furniture, Blog Manis, Desa Sidareja, Kec. Ciawi Gebang, Kuningan, Jawa Barat. 45000.

14. M. Iqbal.
      Hp. 0812.805.7155.

15. Hendri Afrizal.
      Asrama PGSD UPP 01 FKIP UNIIB, Jl. Cimanuk 1, KM 6,5. Padang Harapan, bengkulu. 38225.

16. Rosikin.
      Gg. Arjuna, No. 23, Rt. 10/01, Desa Sitangal Larang, Brebes. 52262.

17. Nurwindo.
      Yayasan Arta Tirta, Jl. Batin Tikal, Air Way, Sungai Liat, Bangka. 33255.

18. Tri Widodo.
      Jl. H.O.S. Cokroaminoto, No. 11, Gang 2, Rt. 018/16, Sragen. 57214.

19. Muhammad Ali.
      Koml. PSAD Majalengka, Jl. K.H.Abdul Halim, no. 67, Rt. 03/011, Majalengka, Jawa Barat.

20. L. Ramli.
      Desa Pekauman, Rt 01/06, Kec. Leuwimunding, Kab. Majalengka, Jawa barat. 45473.

21. Jajang Suhartono.
      Terminal bus Cilembang, Blok D, No. 4-7, Tasikmalaya, Jawa Barat, Telp. (0265) 32274.

22. Agus Siswanto.
      Jl. Baru 2, Rt. 010/01, No. 10, Cilincing, Jakarta Pusat. 14120. Telp. 021-97866517,  Hp.0817.664.5205. Email: Maniakgaib@gmail.com.

23. Eny Masrurah.
      Desa Sumber Rejo, Rt. 01/06, Kec. Jaken, Kab. Pati, Jawa Tengah. 59184.

24. Tia Aweni D. Paramitha.
      Hp. 085.783.945.283-0813.8640.8098
             0858.8384.852.83-0858.8384.5283.

25. Ustadzah Azzahrah.
      (Penulis Ilmu Pedang Syaidina Ali r.a.).
       Hp. 0821.1363.6666.

26. Zulkhaidir.
      (Penulis Ilmu Mengirim Mimpi Tepuk Bantal).
      Telp. 0731.322.964.

27. Husni Umar.
      (Penulis Hantu Muka Rata Penunggu Jembatan Ampera).
      Hp. 0858.8384.5283.

28. Eka Supriana.
      Hp. 0813.1470.5758.

29. Jemmy Haryanto.
      (Penulis Orang Bunian).
      JL. Adi Sucipto K.M. 16, Gang Bersama, Rt 07/02, Desa Limbung, Kel. SuiRaya, Kab. Kubu RayaKalaimantan Barat. 78891.

30. Yudisthira.
      Jl. Sultan Agung Tirtayasa, No 51-J, Sudimara Pinang, Tangerang.

31. Mulyadi SA.
      Hp. 0274-3034072.

32. Agusti Rahimah.
      (Penulis Mayat Penculikan Ditemukan Dengan bantuan Gaib).
      Jl. Cut Ali, Desa Batu Merah, Kel. Lhok Bengkuang, Tapak Tuan, Aceh Selatan, N.A.D.
      Telp. 0813.6276.8519.

Bersambung.......

Sumber: Majalah Misteri